Udah hampir 6 bulan rakyat cemas akan keputusan pemerintah yang ingin menaikan harga BBM. Para politikus makin sering muncul di TV untuk mendukung atau menolak kebijakan ini. Ekonom angkat bicara, mahasiswa turun ke jalan. Saat forum publik semakin ramai, gak ada salahnya saya sebagai rakyat biasa berbicara tentang subsidi BBM ini.
Sebelumnya saya sudah pernah membahas tentang BBM ini dengan judul "Saya mendukung kenaikan BBM" . Tapi biarlah saya ulas kembali. Kalian pasti pernah melihat acara talkshow pagi di salah satu tv berita. Biasanya meraka membahas topik-topik penting dengan narasumber yang tidak bisa berhenti bicara dan sering menimpa pembicaraan narasumber lainnya. Pagi saya terganggu saat menonton acara ini. Saat itu terjadi debat kusir antara kader PKS dan kader Demokrat yang membahas kenaikan harga BBM. Keduanya berbicara menimpa satu sama lain hingga apa yang mereka bicarakan menjadi tidak jelas di dengar. Sayangnya esensi debat yang seharusnya membahas BBM malah beralih ke koalisi, politisasi BLSM, dan hal lain yang bagi saya tidak penting.
Saya yakin mereka orang-orang pintar, namun terlalu pintar untuk berfikir sederhana. Sekarang biar saya coba untuk menyederhanakan permasalahan BBM ini.
Pemerintah menyatakan subsidi BBM tahun ini mencapai Rp 200 Triliun. Pembengkakan tentu disebabkan meningkatnya konsumsi yang diiringi peningkatan jumlah kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan disebabkan tranportasi publik yang tidak bisa memenuhi keinginan rakyat.
Keinginan rakyat yang saya maksud adalah tranpostasi publik yang cepat, aman, nyaman, dan murah. Kata cepat yang saya maksud adalah "perjalanan menjadi lebih cepat dibandingkan kendaraan pribadi". Kata aman maksudnya "aman selama perjalanan". Nyaman maksudnya "lebih nyaman atau minimal sama nyamannya dengan kedaraan pribadi. Murah maksudnya "lebih murah dibandingkan dengan kendaraan pribadi". Jika empat hal ini sudah terpenuhi, maka saya yakin masyarakat mau beralih ke transportasi publik.
Sebelumnya saya sudah pernah membahas tentang BBM ini dengan judul "Saya mendukung kenaikan BBM" . Tapi biarlah saya ulas kembali. Kalian pasti pernah melihat acara talkshow pagi di salah satu tv berita. Biasanya meraka membahas topik-topik penting dengan narasumber yang tidak bisa berhenti bicara dan sering menimpa pembicaraan narasumber lainnya. Pagi saya terganggu saat menonton acara ini. Saat itu terjadi debat kusir antara kader PKS dan kader Demokrat yang membahas kenaikan harga BBM. Keduanya berbicara menimpa satu sama lain hingga apa yang mereka bicarakan menjadi tidak jelas di dengar. Sayangnya esensi debat yang seharusnya membahas BBM malah beralih ke koalisi, politisasi BLSM, dan hal lain yang bagi saya tidak penting.
Saya yakin mereka orang-orang pintar, namun terlalu pintar untuk berfikir sederhana. Sekarang biar saya coba untuk menyederhanakan permasalahan BBM ini.
Pemerintah menyatakan subsidi BBM tahun ini mencapai Rp 200 Triliun. Pembengkakan tentu disebabkan meningkatnya konsumsi yang diiringi peningkatan jumlah kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan disebabkan tranportasi publik yang tidak bisa memenuhi keinginan rakyat.
Jika saya sederhanakan:
Tranportasi publik yang buruk >> masyarakat memilih kendaraan pribadi >> Subsidi BBM meningkat
Keinginan rakyat yang saya maksud adalah tranpostasi publik yang cepat, aman, nyaman, dan murah. Kata cepat yang saya maksud adalah "perjalanan menjadi lebih cepat dibandingkan kendaraan pribadi". Kata aman maksudnya "aman selama perjalanan". Nyaman maksudnya "lebih nyaman atau minimal sama nyamannya dengan kedaraan pribadi. Murah maksudnya "lebih murah dibandingkan dengan kendaraan pribadi". Jika empat hal ini sudah terpenuhi, maka saya yakin masyarakat mau beralih ke transportasi publik.
Subsidi BBM yang mencapai Rp 200 Triliun akan lebih bermanfaat untuk pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia. Namun sayangnya dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang saya inginkan. Selama akar permasalahan ini tidak diselesaikan, masalah BBM akan terus ada.